Mulianya Orang Bekerja

Diposting oleh hmcahyo on Senin, 25 Oktober 2010



Abrar Rifai
Pernah suatu hari datang kepada Rasulullah saw, seorang sahabat Anshar. Dia berharap kepada Rasulullah agar berkenan memberinya sesuatu untuk bisa di makan hari itu. Rasulullah s.a.w tidak langsung memenuhi permintaan orang ini. Tapi beliau malah bertanya padanya,
"Apakah di rumah tidak ada sesuatu apapun?"
"Ada ya Rasulallah", jawab orang itu.
"Sebuah gelas yang biasa kami pakai minum, dan selembar kain, yang kami gunakan untuk alas dan juga selimut".
"Kalau begitu, bawa kesini semua barang itu", perintah Rasulullah pada orang itu.
"Dua-duanya ya Rasulallah?. "iya dua-duanya!
"Tapi, ya Rasulallah"
..." Sudah, gak usah pake tapi-tapi-an, bawa aja kemari"!

Orang itupun tidak punya pilihan lagi, ia segera pulang ke rumahnya untuk memenuhi perintah Rasulullah saw. Tak berselang lama, orang itu telah kembali dengan membawa gelas dan kain lusuh yang dipunyainya.

Rasulullah 'alahi ashshalaatu wassalaam kemudian mengambilnya, dan kemudian menyodorkannya kepada beberapa orang sahabat yang kebetulan hadir bersama beliau saat itu.
"Ayo, siapa yang mau beli dua benda ini? , tanya Rasulullah pada mereka.
Seorang sahabat mengacungkan tangannya,
"Saya ya Nabiyallah, saya beli keduanya dengan satu dirham" katanya.
"Aku mau ada yang menawar lebih tinggi lagi" kata Rasulullah saw. "Ayo siapa yang mau?" Rasulullah melanjutkan penawarannya sampai beberapa kali.

Kemudian seorang sahabat lagi mengacungkan tangannya,
"Saya, ya Rasulallah, saya beli keduanya dengan dua dirham"
Kemudian Rasulullah saw memberikan kain dan gelas tersebut, seraya menerima uang dirham darinya. Lelang barang selesai.

Berikutnya Rasulullah saw memanggil sang pemilik barang,
”Ini uang dua dirham hasil penjualan barang milikmu. Sekarang pergi kau ke pasar, uang yang sedirham kamu belikan makanan untuk memberi makan keluargamu. Dan yang sedirhamnya lagi, kamu belikan kapak, dan bawa kemari kapak tersebut.”

Orang tersebut berlalu. Memenuhi apa yang disarankan Nabi padanya. Beberapa saat kemudian, ia sudah kembali dengan membawa sebuah kapak. Rasulullah saw mengambil kapak tersebut. Kemuadian mengikat dan menautkannya dengan kayu. Setelah itu beliau menyerahkan kapak tersebut kepada pemiliknya. Sambil berkata,
" Sekarang pergilah kamu ke hutan... Carilah kayu sebanyak-sebanyaknya kemudian jual ke pasar. Lakukan itu setiap hari. Dan aku tak ingin melihatmu mendatangiku selama 15 hari"
Begitu kata Rasulullah saw memberikan pengarahan pada sahabat ini.

Selepas mendapatkan "bekal kerja" dari Rasulullah saw, sahabat Anshar ini pun pergi untuk menunaikan arahan dari nabinya. Dia pergi ke pasar, membeli makanan. Kemudian pulang ke rumah untuk menyerahkan makanan tersebut pada istri dan anak-anaknya. Setelah itu, ia pergi ke hutan. Mencari kayu. Setelah dirasa cukup, sesuai dengan kemampuan membawanya, kemudian orang ini pulang dan menjual kayunya di pasar. Begitu seterusnya yang ia lakukan. Di pagi hari ia pergi ke hutan, mencari kayu, dan pulang ke rumahnya di sore hari, setelah sebelumya singgah terlebih dahulu ke pasar untuk menjual kayunya.

Lima belas hari berselang, orang ini menemui Rasulullah saw. Dia melaporkan pekerjaannya kepada Rasulullah. Dia sampaikan pada beliau, bahwa selama lima belas hari bekerja, setelah dipotong biaya hidup bersama keluarga, sekarang ia sudah mempunyai tabungan sebanyak enam dirham!. Rasulullah Muhammad shallallahu 'alahi wasallama sangat gembira mendengar cerita orang ini. Karena itu artinya, orang ini telah terlepas dari kesulitan finansial yang selama ini menderanya. Kemudian Sang Manusia Mulia bersabda padanya, dan juga sebagai pelajaran bagi seluruh pengikutnya, kata beliau:
"Ini (bekerja) jelas lebih baik darimu dari pada kamu meminta-minta pada orang lain. Kerena ketahuilah, bahwa pengemis kelak di hari kiamat, akan datang dengan setempel khusus di wajahnya (yang menandakan bahwa ia dulunya di dunia adalah seorang pengemis). Dan sesungguhnya meminta-minta (mengemis) itu tidak diperbolehkan kecuali pada tiga kelompok orang: 1. Orang yang sangat-sangat miskin, yang tidak mempunyai apapun. 2. Orang yang berhutang besar, dan ia tak sanggup membayarnya. 3. Orang yang melakukan pelanggaran, ia dikenakan denda, dan ia tak sanggup membayarnya...”

Itulah tarbiyah nabawiyyah... Beliau shallallahu 'alahi wasallam selalu memberikan solusi terbaik terhadap setiap permasalahan yang dihadapi para sahabatnya...

Tentunya tidaklah sama pengajaran yang Rasulullah berikan pada masing-masing individu. Tergantung masalah, karakter orang, dan kemampuan yang dimiliki oleh yang bersangkutan...

Maka Saudara, dalam memutuskan sesuatu urusan agama, hendaklah dilihat secara utuh masalahnya. Tentu dengan menyandarkan pada satu hadis saja tanpa membandingkannya dengan hadis yang lain, adalah hal yang seharusnya dihindari oleh para pemberi fatwa.

Membandingkan bukan membenturkan... Karena tak ada hadis yang berbenturan satu sama lain. Tapi tujuan, latar belakang, dan kondisi ... serta situasi yang terjadi ketika Rasulullah akan bersabda, itulah yang menjadikan keberagaman hadis untuk menyikapi hal yang seragam...

Wallahu a'lam...

***
Gambar diambil dari sini